POLWAN
BERJILBAB
Belakangan
ini ada wacana seorang Polwan (Polisi wanita) boleh memakai jilbab. Dalam runing text di kedua tv nasional, TVONE
dan Metro Tv, diinfokan bahwa Mabes Polri masih menunggu pendapat tim ahli soal
Polwan berjilbab. Sedangkan Metro Tv
mengutif pendapat Ketua PBNU Slamet Efendi Yusuf, memakai jilbab itu soal
keyakinan umat beragama Islam.
Yang
belum ada tv lain yang memberitakan Polwan di Arab Saudi. Apakah dia berjilbab
atau tidak ? Ini penting untuk sekedar bahan perbandingan karena mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam dan negara tersebut merupakan tempat lahirnya agama
ini.
Semua
pendapat yang diminta Mabes Polri sebenarnya sah-sah saja. Hanya saja kalau
Polwan dibolehkan memakai kain penutup kepala itu, ia sebaiknya memakai yang
tidak semodel jilbab yang dipakai istri teroris, yaitu jilbab bercadar. Bukan
tidak suka dengan model seperti itu, melainkan ia menjadi Polwannya umat Islam
dan juga umat lainnya.
Jilbabnya
cukup seperti karyawan bank, pramugari dan muslimat nu. Agar senyum sapanya
membuat teduh orang yang dilayaninya. Sebaliknya bila jilbabnya bercadar, dia
akan dikira ‘Polwan yang istrinya teroris’. Akibatnya karena wajahnya tertutup
cadar, senyum sapanya tidak bisa dilihat orang yang dilayaninya. Ia lagi
tersenyum, cemberut atau mencibir ? Dan parahnya lagi, tim Densus 88 Polri akan
salah tangkap nantinya. Menangkap seorang istri teroris untuk dimintai
keterangan suaminya, ternyata ia seorang polwan. Hanya gara-gara jilbabnya sama
bercadar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar